Kaka Wock

Kaka Wock
SARTINA (SAHABAT ARTIKEL INDONESIA) - Ruang Blog Untuk Menginspirasikan Wawasan Dan Berbagi Pengetahuan. Salam Kaka Wock !!!

Kamis, 11 April 2013

KASIH DAN HARAPAN HIDUP

MENANAMKAN SEMANGAT BERBAGI DALAM KELUARGA



Kita hidup dalam masyarakat yang ditandai oleh egoisme di mana orang hanya mementingkan diri sendiri, tidak peduli orang lain.  Dunia kitapun  sangat diwarnai oleh semangat persaingan, melihat orang lain sebagai saingan, sebagai lawan atau musuh yang harus dikalahkan. Mereka berprinsip yang penting aku menang, aku kenyang dan aku senang,  tidak peduli orang lain.  Cara pandang dan sikap demikian, membuat orang menjadi keras, hatinya dibutakan  oleh ambisi dan hasrat untuk mengalahkan. Dengan demikian, semangat dan sikap mau berbagipun dikalahkan oleh egoisme.   Kita lupa bahwa kita ini adalah mahluk sosial yang hidup dalam relasi saling tergatung dan saling membutuhkan. Oleh karena itu, kita harus menumbuhkan sikap dan semangat mau berbagi.
Sikap dan semangat berbagi dapat ditumbuhkan melalui praktek dalam hidup sehari-hari, mulai sejak kecil dalam keluarga, di antara adik dan kakak mau saling berbagi bukannya hanya mau diberi, tetapi tidak mau memberi alias pinter kodek. Di sekolahpun anak-anak harus diajari dan dibiasakan untuk saling berbagi misalnya mau membagi apa yang dimiliki dengan teman, kalau di sekolah ada teman yang tidak membawa pensil  atau alat tulis lain diberi pinjam, kalau  membawa bekal dan melihat temannya tidak membawa bekal, maka ajarilah anak kita untuk membaginya.
Anak kita sekali-sekali dibawa ke panti asuhan atau panti jompo untuk melihat kenyataan yang dialami oleh anak-anak di panti asuhan, lalu diberi penjelasan dan pengertian supaya tumbuh kesadarannya untuk mau berbagi dan bisa bersyukur atas apa yang ada. Kalau  melihat seorang pengemis, atau  pengamen  dan dia masih muda belia, masih energik, jangan dikasih, karena dengan memberi mereka sesuatu, berarti kita tidak mendidik orang untuk bekerja  dan membuat orang menjadi malas dan mental pengemis. Akan tetapi, kalau anak kita  melihat orang  yang sudah tua dan tidak berdaya, atau  cacat fisik yang membuat ia tidak bisa bekerja, maka kita harus mengajari anak untuk memberi. Dengan demikian, cara menanamkan  sikap dan semangat berbagi harus bijaksana dan tepat. Kita hendaknya menumbuhkan kesadaran dalam diri putra-putri kita lebih baik memberi daripada diberi, karena dengan memberi secara tulus, kita menerima, sebagaimana dikatakan rasul Paulus “hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan suka cita. Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasan berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan” (2 Kor. 9:7-8).  (Pastor Laurentius Tarpin, OSC)