MENANAMKAN SEMANGAT BERBAGI DALAM KELUARGA
Kita hidup dalam masyarakat yang ditandai oleh egoisme di mana
orang hanya mementingkan diri sendiri, tidak peduli orang lain. Dunia
kitapun sangat diwarnai oleh semangat persaingan, melihat orang lain
sebagai saingan, sebagai lawan atau musuh yang harus dikalahkan. Mereka
berprinsip yang penting aku menang, aku kenyang dan aku senang, tidak
peduli orang lain. Cara pandang dan sikap demikian, membuat orang
menjadi keras, hatinya dibutakan oleh ambisi dan hasrat untuk
mengalahkan. Dengan demikian, semangat dan sikap mau berbagipun
dikalahkan oleh egoisme. Kita lupa bahwa kita ini adalah mahluk sosial
yang hidup dalam relasi saling tergatung dan saling membutuhkan. Oleh
karena itu, kita harus menumbuhkan sikap dan semangat mau berbagi.
Sikap dan semangat berbagi dapat ditumbuhkan melalui praktek dalam
hidup sehari-hari, mulai sejak kecil dalam keluarga, di antara adik dan
kakak mau saling berbagi bukannya hanya mau diberi, tetapi tidak mau
memberi alias pinter kodek. Di sekolahpun
anak-anak harus diajari dan dibiasakan untuk saling berbagi misalnya mau
membagi apa yang dimiliki dengan teman, kalau di sekolah ada teman yang
tidak membawa pensil atau alat tulis lain diberi pinjam, kalau
membawa bekal dan melihat temannya tidak membawa bekal, maka ajarilah
anak kita untuk membaginya.
Anak kita sekali-sekali dibawa ke panti asuhan atau panti jompo untuk
melihat kenyataan yang dialami oleh anak-anak di panti asuhan, lalu
diberi penjelasan dan pengertian supaya tumbuh kesadarannya untuk mau
berbagi dan bisa bersyukur atas apa yang ada. Kalau melihat seorang
pengemis, atau pengamen dan dia masih muda belia, masih energik,
jangan dikasih, karena dengan memberi mereka sesuatu, berarti kita tidak
mendidik orang untuk bekerja dan membuat orang menjadi malas dan
mental pengemis. Akan tetapi, kalau anak kita melihat orang yang sudah
tua dan tidak berdaya, atau cacat fisik yang membuat ia tidak bisa
bekerja, maka kita harus mengajari anak untuk memberi. Dengan demikian,
cara menanamkan sikap dan semangat berbagi harus bijaksana dan tepat.
Kita hendaknya menumbuhkan kesadaran dalam diri putra-putri kita lebih
baik memberi daripada diberi, karena dengan memberi secara tulus, kita
menerima, sebagaimana dikatakan rasul Paulus “hendaklah masing-masing
memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau
karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan suka
cita. Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu,
supaya kamu senantiasan berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah
berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan” (2 Kor. 9:7-8). (Pastor Laurentius Tarpin, OSC)