Senin, 31 Maret 2014
Selasa, 25 Maret 2014
Kamis, 20 Maret 2014
“Dilema Wajah Sang Pemimpin” ***Rakyat Mengais Nasib Dan Harapan Hidup**
“Dilema Wajah Sang Pemimpin”
***Rakyat Mengais Nasib Dan Harapan Hidup***
Oleh :
Fredy Hendro Soebiakto
RINGKASAN
CATATAN AWAL
Berbicara mengenai DILEMA WAJAH SANG PEMIMPIN CALEG dimana-mana, apa yang ada dalam
benak pikiran kita saat ini. Pastilah kita memiih mereka yang belum dikenal
maupun dikenal. Ataukah kita diajak untuk saling berpolitik praktis menggunakan
uang? Ataukah janji-janji?. Pemimpin kadang lihai sekali untuk menjual
mimpi-mimpi kepada rakyat. Namun janji-janjinya belum memuaskan. Dan itu sama
halnya dengan kebodohan yang diambil sendiri. Disatu sisi terkadang uang juga
digunakan sebagai sarana politik praktis bagi rakyat seperti yang di sebutkan
di atas. Dan rakyat tidak sadari bahwa setelah mendapatkan uang itu sekejap
saja habis dan suara rakyat pun bisa dibeli oleh para pemimpin-pemimpin bangsa
ini.
Ingat
nasib rakyatmu ada di tanganmu
untuk
rakyat kecilmu. Jangan jadikan pilihan
Legislatifmu dengan bersifat “MODUS”
(Modal Dusta). Kita boleh berpendapat sesuai tafsiran akal pikiran bahwa orang
menyebut politik itu hal yang kotor, politik itu asik menambah pengetahuan,
atau politik dijadikan sebagai games seperti permainan dan kalau lolos berarti menuju
kemenangan alias final total. Dari semua pandangan politik tersebut kita wajib
berhati-hati untuk menghindar dari hal-hal yang dapat merugikan rakyat.
Kalau kita simak di berbagai media
maupun surat kabar menyatakan bahwa pemilu segera akan dilakukan pada bulan 9 April
tahun 2014. Mereka-mereka ini dipersiapkan untuk menjadi tenaga kepemimpinan
yang nantinya akan diutus untuk melayani masyarakat kecil dalam hal taraf hidup
dan pembangunan daerah. Tetapi dalam kurun waktu yang lama, masyarakat berharap
supaya ada pemimpin yang betul-betul berani dan terampil untuk menjadi wakil
rakyat yang jujur dan dinamis. Namun dikalangan masyarakat lain ada juga yang
bosan mendengar dimana-mana tentang kepemimpinan yang itu-itu saja dari tahun ketahun
dan tidak menuai hasil.
Sengaja refleksi ini saya buat karena
terbayang-bayangan ketika sedang duduk berdiskusi dengan teman-teman. Kami
duduk berbicara mengenai sisi kepemimpinan yang baik dan tegas khususnya bagi
mereka yang mendaftarka diri menjadi Calon Legislatif. Mengandaikan kalau wajah
sang pemimpin ini berdampak negatif sewaktu-waktu, maka pastilah terjadi
kekecewaan terhadap mereka dan tentunya akan berdampak buruk bagi kualitas
masyarakat yang kurang beruntung. Misalnya seperti Petani miskin, buruh pabrik,
nelayan, pedagang kecil, pemulung, tukang ojek, kelompok sosial lainnya
sehingga nyaris tak pernah berubah untuk mengubah nasib mereka dari hari kehari
meski pemimpin berganti-ganti. Dan apa saja yang mereka perbuat untuk rakyat?.
BIROKRASI UNTUK
RAKYAT
Secara publik negara kita adalah negara
kesatuan Republik Indonesia yang menganut sistem demokrasi tentang konsep
Pancasila. Negara kita sekarang lagi membutuhkan satu pemimpin yang adil untuk
mensejahterahkan rakyat dan membangun tindakan perhatian bagi mereka yang
kurang mampu. Seseorang yang mencalonkan dirinya haruslah berjiwa
kerohanian dan mampu mementingkan masyarakat luar bukan mementingkan hak dan
kewajiban sebagai seorang pribadi untuk dirinya atau keluarganya. Karena mereka
dipilih menjadi wakil rakyat harus
bisa berpikir, bertindak dan bekerja untuk masyarakat kepada rakyat. Jika
seorang pemimpin keluar dari prinsip tersebut, pada dasarnya dia bukan seorang
pemimpin. Namun hal ini sangat disayangkan bahwa kepemimpinan nasional
pascareformasi sepertinya makin jauh dari prinsip-prinsip ini. Akibatnya rakyat
pun ikut menjauh. Inilah bencana kepemimpinan nasional yang kerap terjadi. Maka
dengan kata lain kepemimpinan
ini perlu ditinjau secara publik agar memperoleh karakter-karakter yang dominan,
bukan ditunggu-tunggu dan dijempol-jempolkan. Proses ini disebut sebagai
pendampingan para calon pemimpin yang nantinya bisa bertumbuh melalui kader-kader generasi yang baru untuk membangun wadah rakyat
kecil.
Keterlibatan
dan penguasaan terhadap seorang pemimpin dari tahun ketahun telah banyak
menjebak bangsa ini menjadi alat permainannya, dengan kata lain bahwa bangsa
ini terlalu cepat percaya. Namun seorang pemimpin yang baik akan mengubah nasib
rakyat menjadi baik dan jikalau pemimpin yang buruk akan membuat rakyat semakin
terpuruk. Sangat disayangkan meletakan nasib rakyat di pundak wajah sang
pemimpin. Oleh sebab itu jangan membiarkan nasib bangsa ini berjalan secara
alamiah oleh seorang pemimpin, justru sebaliknya harus diperhatikan secara
bersama-sama.
BIDANG
KELEMBAGAAN
Dalam struktrur budaya dan kekuasaan yang berkesinambungan,
hubungan antara pemimpin negara dan rakyat tidak dapat disejajarkan pada aturan
birokrasi rasional dan modern. Akan tetapi lebih mendekatkan hubungan
kebersamaan diantara orang-orang yang terlibat sebagai keluarga , kepala negara
dan pemerintah. Sehingga kepala pemerintahan dan negara merupakan wadah figur
sentral sebagai bapak dalam keluarga. Mengandaikan kalau watak kebaikan
pemimpin sebagai bapak, maka rakyat harus dibenahi sedemikian rupa bahwa kepemimpinan
pemerintah harus lebih mengutamakan melayani dan memenuhi kebutuhan publik
karena kebaikan pemimpin itu sendiri. Maka diwajibkan untuk saling bekerjasama
yang baik dan adil.
Kepemimpinan
seperti ini hanya bisa dilakukan melalui proses pelembagaan sedemikian rupa,
baik sebelum maupun setelah menjadi pemimpin. Harus ada aturan perundangan yang
memastikan pemimpin bekerja untuk rakyat, bukan untuk lainnya. Aturan
perundangan itu juga mengatur mekanisme pengawasan sedemikian rupa sehingga
pemimpin tak mudah tergoda menyelewengkan kewenangannya. Kepemimpinan yang baik
membuat pemimpin menjadi baik, bukan sebaliknya.
MENJADI PEMIMPIN YANG BAIK
Seorang pemimpin yang baik tentunya tidak diperbolehkan
mengadakan rekayasa sosial terhadap rakyat, tetapi calon pemimpin yang baik
harus bisa lebih tegar menghadapi kenyatan dalam hidup bernegara, istilah anak
muda ”baik hati dan tidak sombong”.
Sehingga pemimpin itu dikatakan tidak layu sebelum berkembang. Jadi ketika tiba
saatnya menjadi pemimpin dia tahu apa yang akan dilakukannya sebagaimana melakukan
yang terbaik bagi rakyat.
Mereka
dipilih karena rakyat mendukung untuk membangun daerah tanpa harus berulah
janji-janji. Sebelum pemimpin itu harus melangkah kedepannya, terlebih dahulu
ia harus mengetahui struktur instansi jabatannya. Rakyat sangat membutuhkan
seorang pemimpin yang berani tampil mengambil sumpah jabatan untuk melayani
pembangunan masyarakat yang belum pernah dijamah oleh pemerintah setempat serta
memerlukan bantuan demi kelangsungan biaya hidup mereka sebagai warga daerah
yang kurang mampu. Disatu sisi lainnya pembangunan infrakstruktur daerah
merupakan hak dan tanggung jawab yang penuh dalam menuntaskan program
pemerintah.
Pemimpin
yang berani bertanggung jawab bukan hanya sekedar melakukan tugas-tugasnya
sebagai wakil rakyat untuk disanjung-sanjung di depan mata rakyat, tetapi
seorang pemimpin yang baik dipandang dalam hidupnya rela berbuat kebaikan serta
memenuhi kebutuhan publik masyarakat, bukan karena dia baik hati, akan tetapi
karena kepemimpinan yang dijalankannya memang secara garis besar
mengharuskannya berbuat begitu.
POLEMIK KEPEMIMPINAN
YANG BERKEPANJANGAN
Sudah
tak asing lagi kalau para pemimpin dikata menjadi bahan perbincangan di depan
publik bagi rakyat. Sebab rakyat itu sudah menjadi bagian dalam nilai-nilai kultural
negara yang akan menyorot setiap pemimpin. Banyak kepemimpinan kita ini sering
beradu kelompok demi mendapatkan tempat yang layak untuk diduduki sampai mereka
berhasil. Akibatnya polemik-polemik ini muncul dilapisan masyarakat sehingga bermunculan
diskusi hebat soal kepemimpinan karena alasan-alasan tertentu. Alasan
terjadinya polemik bagi para pemimpin mungkin karena dinilai kurang paham
tentang fungsi tugas dan tanggung jawab sebagai wakil rakyat untuk
mengembangkankan visi misinya. Ataupun tidak tegas mengambil langkah keputusan
yang akurat serta ditambah lagi tingkatan masalah kriminalitas bagi para
pemimpin yang koruptor. Entah negara kita ini mau dibawa kemana jika seorang
pemimpinnya seperti itu. Sebagai akibatnya pemimpin diharuskan tunduk kepada
partai ketimbang rakyat. Padahal mandat mereka itulah dari rakyat bukan dari
partai. Dan Ini membuat seleksi kepemimpinan tak
bisa diakses calon pemimpin yang lebih menjanjikan.
Menjadi seorang pemimpin wakil rakyat
bukan semata-mata mengejar jabatan yang bagus serta mendapatkankan gaji besar.
Tetapi pilihan pemimpin sebagai wakil rakyat harus betul-betul mengarah kepada
rakyat kecil. Karena setiap rakyat akan memilih mereka entah dikenalnya ataupun
tidak dikenalnya.
Semua
orang pasti bisa menjadi seorang pemimpin. Namun tidak semudah yang kita duga
bahwa tidak semua orang mampu menjadi pemimpin yang adil. Sebab, pemimpin yang
adil merupakan pemimpin yang didambakan oleh rakyatnya sendiri. Kita semua
adalah seorang pemimpin, setidak-tidaknya pemimpin bagi diri kita sendiri.
Kalau kita tidak bisa memimpin diri kita otomatis kita tidak bisa memimpin
orang lain. Karena itu kita akan mempertangung jawabkan kepemimpinan kita ini
kelak waktu.
Pemimpin yang dipercaya diharapkan mampu memenuhi keinginan
rakyat kecil sebagai bentuk keadilan dan menuai harapan dari rakyat untuk
menuntaskan masalah sosial. Dalam injil Kitab Suci, kita bisa membaca pesan
Yesus “TEMPAT YANG PALING UTAMA DAN PALING
RENDAH” (Luk 14:10-11), Tetapi apabila engkau diundang, pergilah duduk di
tempat yang lebih rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu:
Sahabat silahkan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima
hormat di depan mata semua tamu yang lain. Sebab barang siapa meninggikan diri,
ia akan direndahkan dan barang siapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”
Maka sebagai seorang calon pemimpin jangan terlalu banyak
meninggikan diri seakan-akan mampu untuk dapat mengatasi problema rakyat
padahal belum ada kepastian yang jelas sama sekali. Sebaliknya kalau pemimpin
yang tampangnya sederhana, tidak berbasa-basi soal janji-janji dan dapat
memenuhi kriteria kebutuhan rakyat. Maka dialah yang akan menerima pilihan
sebagai wakil rakyat.
Penulis By Fredy Hendro Soebiakto
Staf Redaksi Majalah Keuskupan Agung
Merauke-Papua Selatan.
Rabu, 19 Maret 2014
Langganan:
Postingan (Atom)