TANGAN
TUHAN YANG MENYELAMATKAN SAYA
By
Fredy Hendro
Soebiakto
(Kaka Wock)
Nama saya Fredy
Hendro Soebiakto. Biasanya teman-teman memanggilku dengan sebutan Kaka Wock.
Saya
baru dipanggil oleh Mgr. Nicholaus Adi Seputra MSC untuk
bekerja di Keuskupan beberapa hari setelah saya mengalami kesulitan dana untuk
mengobati penyakit yang sudah saya derita sejak lama. Ini merupakan sebuah
pengalaman yang tidak saya duga. Bekerja sebagai salah satu anggota di komisi
social Keuskupan merubah semua proses kehidupan saya. pengalaman inilah yang
akan saya sharingkan kepada kita, agar menjadi satu bahan refleksi. Memang
perlu diakui bahwa pengalaman kita akan Tuhan berbeda sesuai dengan kondisi
yang kita alami, namun baiklah jika pengalaman ini disharkan agar kita semakin
jeli melihat pengalaman-pengalaman hidup kita masing-masing tentang Tuhan.
Awalnya
saya menderita sebuah penyakit yang tidak saya ketahui sebagai penyakit apa.
Namun, setelah melalui hasil pemeriksaan di rumah sakit, barulah ketahuan bahwa
saya mendapat penyakit tumor rahang. Tumor ini saya derita selama 7 tahun yaitu,
sejak tahun 2004 hingga 2011. Pertama kali penyakit ini muncul, saya tidak
menyadarinya sebagai sebuah bibit tumor yang bisa mengorbankan jiwaku sendiri.
Beberapa kali saya harus menggunakan berbagai obat tradisional untuk mengobati
penyakit ini sambil berdoa dan berharap agar Tuhan dapat menunjukkan jalan atau
cara lain demi kesembuhan penyakit ini. Selama itu pun saya tidak menemukan
cara terbaik, namun satu saat saya diminta oleh Mgr. Nicholaus Adi Seputra
untuk bekerja di Keuskupan dengan tujuan untuk mengumpulkan dana agar saya bisa
dioperasi. Syukur kepada Allah, bahwa pada tahun 2011 tepatnya pada tanggal 14
September, sebelum tujuan ini tercapai, ada
sekelompok komunitas doa
yang bernama, “Tim Pelayanan Kasih
Dari Ibu Yang Berbahagia” melaksanakan kegiatan pelayanannya
di Paroki Katedral dan menginap di keuskupan sebagai tamu.
Saat itu, saya sempat bertemu dengan
mereka dan melalui pertemuan ini, rupanya ada beberapa ibu yang merasa iba dan
kasihan melihat kondisi saya. Beberapa hari kemudian, Mgr Nicho memanggil saya
dan menyampaikan berita gembira bahwa sudah ada seorang donatur tetap untuk
operasi tumor ini. Saya sangat berbahagia, namun waktu operasi ini belum
ditentukan, sehingga saya mesti menunggu. Kebetulan pada saat itu, Tim
Pelayanan ini telah mengakhiri tugas mereka dan segera berangkat ke Jakarta.
Mgr. Nicho pun segera berangkat ke Roma dalam rangka untuk melakukan pertemuan dengan
Paus bersama uskup-uskup lain (Ad limina) karena itu, saya diminta untuk ikut
serta.
Tanggal 16
September saya bersama Bapa Uskup berangkat
dari Merauke menuju
Jakarta. Sore hari kami tiba di di sana dan langsung dirujuk ke
rumah sakit St. Carolus
(Jakarta Timur). Dan, yang
mendampingi saya di rumah
sakit adalah Tim
kelompok pelayanan kasih
dari ibu yang
bahagia beserta para
suster biara dan
Mgr. Nicholaus Adi Seputra
MSC . Akhirnya, sore harinya
pada tanggal 23 September
saya dioperasi. Kendati pun saya
harus menerima kenyataan bahwa rahang sebelah kiri perlu diangkat dan
digantikan dengan platinum jenis titanium, namun saya berbahagia karena pada
akhirnya saya terlepas dari beban yang sekian lama membuat saya banyak
bermenung dan bergumul.
Setelah operasi, barulah saya sadar
bahwa selama ini Tuhan tidak menutup mata terhadap kondisi saya. Penyakit yang
saya derita membuat saya tidak merasa
iin bersama orang lain. Saya perlu bergumul ketika bertemu dengan banyak orang.
Betapa tidak, penyakit ini menimbulkan bau yang tidak sedap bagi saya secara
pribadi, juga bagi banyak orang yang berdekatan dengan saya. Namun, hati saya
tetap dihibur selama masa-masa penantian itu. Berkat gerakan Roh Kudus, setiap
orang yang berdampingan dengan saya, tidak menolak ketika harus berdekatan
dengan saya. Mereka seakan-akan turut merasa kesedihan dan penderitaan saya,
karena itu kendatipun berbau saya tetap menjalankan fungsi saya sebagai
manusia: makhluk Allah yang perlu berelasi dengan sesama dengan menampilkan diri
saya apa adanya. Melalui pengalaman ini, saya menemukan Hati Allah, hati
seorang ibu yang berusaha mencari jalan terbaik, tanpa perlu mengorbankan
banyak orang. Ia menyalurkan kasihnya melalui hati, pikiran, dan tangan para
ibu yang tergabung dalam “Tim Pelayanan
Kasih Dari Ibu Yang
Berbahagia”. Kasih-Nya turut saya rasakan ketika berada di rumah sakit,
pelayanan yang diberikan oleh para dokter, perawat, dan para pengunjung
(frater, pastor, suster dan kelompok doa lainya) semakin menguatkan komitmen
untuk menjalankan operasi.
Dasar
cinta kasih yang saya terima dari mereka membuat proses operasi berjalan
lancar. Hal yang sama terjadi juga dalam proses penyembuhan. Tidak lama setelah
operasi, saya diperbolehkan untuk menjalankan rawat jalan mengingat kondisi dan
stamina cukup mendukung. Saya sangat berterimakasih kepada banyak orang di luar
Jakarta yang mengungkapkan kasihnya melalui doa-doa mereka selama operasi.
Doa-doa itu telah terjawab dengan baik. Masih banyak hal menyangkut kasih Allah
yang tak terungkap di sini, namun satu harapan saya bahwa melalui pengalaman
singkat yang saya ceritakan ini, dapat menjadi inspirasi bagi kita semua
terutama bagi mereka yang sering merasa putus asa. Pengalaman putus asa sering
membawa orang pada keputusan untuk mengakhiri hidup, apalagi pengalaman
penderitaan yang berkepanjangan.
Saya sangat berterimah kasih kepada Mgr.
Nicholaus Adi Seputra MSC, yang telah mendampingi saya, memberi peneguhan dan
kekuatan. Saya juga sangat berterimah kasih kepada Tim Kelompok
Kasih Dari Ibu Yang Berbahagia di Jakarta yang telah membantu saya untuk
membeckup dana operasi.
Terimah
kasih juga kepada kelompok Doa dari Jakarta yang telah membantu saya, yaitu Ibu
Agnes Sarwono dan keluarga, Ibu Marius dan keluarga di Bekasi Timur jalan Duren
Jaya, Ibu Stevana dan keluarga, Ibu Ola Wiranata bersama keluarga, Ibu Ros, Pak
Daton, Pak Alex, Ibu Elok dan Kawan-kawan di Jakarta dan tak lupa pula kepada Kantor
Keuskupan Agung Merauke, teman-teman mudika gereja, P. Viktor Kaanubun MSC yang
turut memberi peneguhan, terutama keluarga dan siapa
saja yang ambil bagian dalam kehidupan
saya.