Kaka Wock

Kaka Wock
SARTINA (SAHABAT ARTIKEL INDONESIA) - Ruang Blog Untuk Menginspirasikan Wawasan Dan Berbagi Pengetahuan. Salam Kaka Wock !!!

Kamis, 20 Maret 2014

“Dilema Wajah Sang Pemimpin” ***Rakyat Mengais Nasib Dan Harapan Hidup**

 “Dilema Wajah Sang Pemimpin”
***Rakyat Mengais Nasib Dan Harapan Hidup***
Oleh :
Fredy Hendro Soebiakto



RINGKASAN CATATAN AWAL
Berbicara mengenai DILEMA WAJAH SANG PEMIMPIN CALEG dimana-mana, apa yang ada dalam benak pikiran kita saat ini. Pastilah kita memiih mereka yang belum dikenal maupun dikenal. Ataukah kita diajak untuk saling berpolitik praktis menggunakan uang? Ataukah janji-janji?. Pemimpin kadang lihai sekali untuk menjual mimpi-mimpi kepada rakyat. Namun janji-janjinya belum memuaskan. Dan itu sama halnya dengan kebodohan yang diambil sendiri. Disatu sisi terkadang uang juga digunakan sebagai sarana politik praktis bagi rakyat seperti yang di sebutkan di atas. Dan rakyat tidak sadari bahwa setelah mendapatkan uang itu sekejap saja habis dan suara rakyat pun bisa dibeli oleh para pemimpin-pemimpin bangsa ini.
Ingat nasib rakyatmu ada di tanganmu untuk rakyat kecilmu. Jangan jadikan pilihan Legislatifmu dengan bersifat “MODUS” (Modal Dusta). Kita boleh berpendapat sesuai tafsiran akal pikiran bahwa orang menyebut politik itu hal yang kotor, politik itu asik menambah pengetahuan, atau politik dijadikan sebagai games seperti permainan dan kalau lolos berarti menuju kemenangan alias final total. Dari semua pandangan politik tersebut kita wajib berhati-hati untuk menghindar dari hal-hal yang dapat merugikan rakyat.
Kalau kita simak di berbagai media maupun surat kabar menyatakan bahwa pemilu segera akan dilakukan pada bulan 9 April tahun 2014. Mereka-mereka ini dipersiapkan untuk menjadi tenaga kepemimpinan yang nantinya akan diutus untuk melayani masyarakat kecil dalam hal taraf hidup dan pembangunan daerah. Tetapi dalam kurun waktu yang lama, masyarakat berharap supaya ada pemimpin yang betul-betul berani dan terampil untuk menjadi wakil rakyat yang jujur dan dinamis. Namun dikalangan masyarakat lain ada juga yang bosan mendengar dimana-mana tentang kepemimpinan yang itu-itu saja dari tahun ketahun dan tidak menuai hasil.
Sengaja refleksi ini saya buat karena terbayang-bayangan ketika sedang duduk berdiskusi dengan teman-teman. Kami duduk berbicara mengenai sisi kepemimpinan yang baik dan tegas khususnya bagi mereka yang mendaftarka diri menjadi Calon Legislatif. Mengandaikan kalau wajah sang pemimpin ini berdampak negatif sewaktu-waktu, maka pastilah terjadi kekecewaan terhadap mereka dan tentunya akan berdampak buruk bagi kualitas masyarakat yang kurang beruntung. Misalnya seperti Petani miskin, buruh pabrik, nelayan, pedagang kecil, pemulung, tukang ojek, kelompok sosial lainnya sehingga nyaris tak pernah berubah untuk mengubah nasib mereka dari hari kehari meski pemimpin berganti-ganti. Dan apa saja yang mereka perbuat untuk rakyat?.

BIROKRASI UNTUK RAKYAT
Secara publik negara kita adalah negara kesatuan Republik Indonesia yang menganut sistem demokrasi tentang konsep Pancasila. Negara kita sekarang lagi membutuhkan satu pemimpin yang adil untuk mensejahterahkan rakyat dan membangun tindakan perhatian bagi mereka yang kurang mampu. Seseorang yang mencalonkan dirinya haruslah berjiwa kerohanian dan mampu mementingkan masyarakat luar bukan mementingkan hak dan kewajiban sebagai seorang pribadi untuk dirinya atau keluarganya. Karena mereka dipilih menjadi wakil rakyat harus bisa berpikir, bertindak dan bekerja untuk masyarakat kepada rakyat. Jika seorang pemimpin keluar dari prinsip tersebut, pada dasarnya dia bukan seorang pemimpin. Namun hal ini sangat disayangkan bahwa kepemimpinan nasional pascareformasi sepertinya makin jauh dari prinsip-prinsip ini. Akibatnya rakyat pun ikut menjauh. Inilah bencana kepemimpinan nasional yang kerap terjadi. Maka dengan kata lain kepemimpinan ini perlu ditinjau secara publik agar memperoleh karakter-karakter yang dominan, bukan ditunggu-tunggu dan dijempol-jempolkan. Proses ini disebut sebagai pendampingan para calon pemimpin yang nantinya bisa bertumbuh melalui kader-kader generasi yang baru untuk membangun wadah rakyat kecil.
Keterlibatan dan penguasaan terhadap seorang pemimpin dari tahun ketahun telah banyak menjebak bangsa ini menjadi alat permainannya, dengan kata lain bahwa bangsa ini terlalu cepat percaya. Namun seorang pemimpin yang baik akan mengubah nasib rakyat menjadi baik dan jikalau pemimpin yang buruk akan membuat rakyat semakin terpuruk. Sangat disayangkan meletakan nasib rakyat di pundak wajah sang pemimpin. Oleh sebab itu jangan membiarkan nasib bangsa ini berjalan secara alamiah oleh seorang pemimpin, justru sebaliknya harus diperhatikan secara bersama-sama.

BIDANG KELEMBAGAAN
Dalam struktrur budaya dan kekuasaan yang berkesinambungan, hubungan antara pemimpin negara dan rakyat tidak dapat disejajarkan pada aturan birokrasi rasional dan modern. Akan tetapi lebih mendekatkan hubungan kebersamaan diantara orang-orang yang terlibat sebagai keluarga , kepala negara dan pemerintah. Sehingga kepala pemerintahan dan negara merupakan wadah figur sentral sebagai bapak dalam keluarga. Mengandaikan kalau watak kebaikan pemimpin sebagai bapak, maka rakyat harus dibenahi sedemikian rupa bahwa kepemimpinan pemerintah harus lebih mengutamakan melayani dan memenuhi kebutuhan publik karena kebaikan pemimpin itu sendiri. Maka diwajibkan untuk saling bekerjasama yang baik dan adil.
Kepemimpinan seperti ini hanya bisa dilakukan melalui proses pelembagaan sedemikian rupa, baik sebelum maupun setelah menjadi pemimpin. Harus ada aturan perundangan yang memastikan pemimpin bekerja untuk rakyat, bukan untuk lainnya. Aturan perundangan itu juga mengatur mekanisme pengawasan sedemikian rupa sehingga pemimpin tak mudah tergoda menyelewengkan kewenangannya. Kepemimpinan yang baik membuat pemimpin menjadi baik, bukan sebaliknya.

MENJADI PEMIMPIN YANG BAIK
Seorang pemimpin yang baik tentunya tidak diperbolehkan mengadakan rekayasa sosial terhadap rakyat, tetapi calon pemimpin yang baik harus bisa lebih tegar menghadapi kenyatan dalam hidup bernegara, istilah anak muda ”baik hati dan tidak sombong”. Sehingga pemimpin itu dikatakan tidak layu sebelum berkembang. Jadi ketika tiba saatnya menjadi pemimpin dia tahu apa yang akan dilakukannya sebagaimana melakukan yang terbaik bagi rakyat.
Mereka dipilih karena rakyat mendukung untuk membangun daerah tanpa harus berulah janji-janji. Sebelum pemimpin itu harus melangkah kedepannya, terlebih dahulu ia harus mengetahui struktur instansi jabatannya. Rakyat sangat membutuhkan seorang pemimpin yang berani tampil mengambil sumpah jabatan untuk melayani pembangunan masyarakat yang belum pernah dijamah oleh pemerintah setempat serta memerlukan bantuan demi kelangsungan biaya hidup mereka sebagai warga daerah yang kurang mampu. Disatu sisi lainnya pembangunan infrakstruktur daerah merupakan hak dan tanggung jawab yang penuh dalam menuntaskan program pemerintah.
Pemimpin yang berani bertanggung jawab bukan hanya sekedar melakukan tugas-tugasnya sebagai wakil rakyat untuk disanjung-sanjung di depan mata rakyat, tetapi seorang pemimpin yang baik dipandang dalam hidupnya rela berbuat kebaikan serta memenuhi kebutuhan publik masyarakat, bukan karena dia baik hati, akan tetapi karena kepemimpinan yang dijalankannya memang secara garis besar mengharuskannya berbuat begitu.

POLEMIK KEPEMIMPINAN YANG BERKEPANJANGAN
Sudah tak asing lagi kalau para pemimpin dikata menjadi bahan perbincangan di depan publik bagi rakyat. Sebab rakyat itu sudah menjadi bagian dalam nilai-nilai kultural negara yang akan menyorot setiap pemimpin. Banyak kepemimpinan kita ini sering beradu kelompok demi mendapatkan tempat yang layak untuk diduduki sampai mereka berhasil. Akibatnya polemik-polemik ini muncul dilapisan masyarakat sehingga bermunculan diskusi hebat soal kepemimpinan karena alasan-alasan tertentu. Alasan terjadinya polemik bagi para pemimpin mungkin karena dinilai kurang paham tentang fungsi tugas dan tanggung jawab sebagai wakil rakyat untuk mengembangkankan visi misinya. Ataupun tidak tegas mengambil langkah keputusan yang akurat serta ditambah lagi tingkatan masalah kriminalitas bagi para pemimpin yang koruptor. Entah negara kita ini mau dibawa kemana jika seorang pemimpinnya seperti itu. Sebagai akibatnya pemimpin diharuskan tunduk kepada partai ketimbang rakyat. Padahal mandat mereka itulah dari rakyat bukan dari partai. Dan Ini membuat seleksi kepemimpinan tak bisa diakses calon pemimpin yang lebih menjanjikan.
Menjadi seorang pemimpin wakil rakyat bukan semata-mata mengejar jabatan yang bagus serta mendapatkankan gaji besar. Tetapi pilihan pemimpin sebagai wakil rakyat harus betul-betul mengarah kepada rakyat kecil. Karena setiap rakyat akan memilih mereka entah dikenalnya ataupun tidak dikenalnya.
Semua orang pasti bisa menjadi seorang pemimpin. Namun tidak semudah yang kita duga bahwa tidak semua orang mampu menjadi pemimpin yang adil. Sebab, pemimpin yang adil merupakan pemimpin yang didambakan oleh rakyatnya sendiri. Kita semua adalah seorang pemimpin, setidak-tidaknya pemimpin bagi diri kita sendiri. Kalau kita tidak bisa memimpin diri kita otomatis kita tidak bisa memimpin orang lain. Karena itu kita akan mempertangung jawabkan kepemimpinan kita ini kelak waktu.
Pemimpin yang dipercaya diharapkan mampu memenuhi keinginan rakyat kecil sebagai bentuk keadilan dan menuai harapan dari rakyat untuk menuntaskan masalah sosial. Dalam injil Kitab Suci, kita bisa membaca pesan Yesus “TEMPAT YANG PALING UTAMA DAN PALING RENDAH” (Luk 14:10-11), Tetapi apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang lebih rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat silahkan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain. Sebab barang siapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barang siapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”
Maka sebagai seorang calon pemimpin jangan terlalu banyak meninggikan diri seakan-akan mampu untuk dapat mengatasi problema rakyat padahal belum ada kepastian yang jelas sama sekali. Sebaliknya kalau pemimpin yang tampangnya sederhana, tidak berbasa-basi soal janji-janji dan dapat memenuhi kriteria kebutuhan rakyat. Maka dialah yang akan menerima pilihan sebagai wakil rakyat.



Penulis By Fredy Hendro Soebiakto
Staf Redaksi Majalah Keuskupan Agung Merauke-Papua Selatan.
Berita dapat dikirim melalui alamat enail kakawock@gmail.com