Kaka Wock

Kaka Wock
SARTINA (SAHABAT ARTIKEL INDONESIA) - Ruang Blog Untuk Menginspirasikan Wawasan Dan Berbagi Pengetahuan. Salam Kaka Wock !!!

Minggu, 03 Agustus 2014

MERAYAKAN 10 TAHUN PENTAHBISAN USKUP AGUNG MERAUKE

Syaloom para pembaca yang budiman dimana saja berada, saya hadir kembali lagi dalam minggu ini melalui http://kakahendro.blogspot.com/ dalam beberapa point berita yang saya liput.
Sempat berita ini tertunda saya poskan di Blog Kaka Wock dikarenakan saya lagi keluar kota.

Selamat membaca.
















MERAYAKAN 10 TAHUN PENTAHBISAN USKUP AGUNG MERAUKE

Tanggal 25 Juli 2014 di Gereja Katedral Paroki St. Fransiskus Xaverius Merauke diadakan misa syukuran pentahbisan Uskup Agung Merauke Mgr, Nikolaus Adi Seputra, MSC yang ke 10 dan diikuti sejumlah umat dari masing-masing paroki. Misa dipimpin langsung oleh Mgr, Nikolaus Adi Seputra, MSC bersama 20 imam.

Ketika Mgr, Nikolaus Adi Seputra, MSC berumur 44 tahun, beliau ditunjuk untuk segera menggantikan Uskup Emeritus Keuskupan Agung Merauke Mgr. JACOBUS DUIVENVOORDE, MSC (Almarhum pada 16 November 2011 di Tilburg Belanda). Secara tidak langsung, kabar penetapan pemilihan uskup baru menggugah seluruh wilayah Kabupaten Merauke bahkan di seluruh dunia melalui media massa bahwa akan ada Uskup Merauke yang baru yakni Mgr, Nikolaus Adi Seputra, MSC yang tertahbis pada 25 Juli 2004 di halaman SMP YPPK Yohanes XXIII Merauke.

Nampaknya perjalanan Mgr, Nikolaus Adi Seputra, MSC menjadi Uskup Merauke bukanlah perjalanan yang pendek, melainkan perjalanan yang sangat panjang guna mengembalakan domba-dombanya. Sehingga 10 tahun perjalanan menjadi Uskup diusianya yang ke 55 tahun selalu mengucapkan syukur kepada Tuhan atas segala berkat dan rahmat yang ia terima sebagai Uskup Agung Merauke.

Bersamaan dengan acara peringatan 10 tahun pentahbisan Uskup Agung Merauke, dirayakan juga bersama-sama ucap syukur atas 10 tahunnya imamat pastor Sonny Walewawan, Pr yang ke 10 sebagai tanda kasih dan rahmat atas perjalanan sang imam di wilayah Keuskupan Agung Merauke.

Uskup Agung Merauke dalam homilinya memberikan sepatah kata kepada umat paroki bahwa Tuhanlah yang menyelenggarakan segala sesuatu bagi saya dan anda sebagai umat Allah tentunya telah mengingatkan saya akan motto tahbisan saya “Pasce Ovis Meas (Gembalakanlah Domba-Ku)”. Dan semuanya itu akan dikuatkan kepada saya demi mengembalakan domba-domba.

Selain itu Mgr, Nikolaus Adi Seputra, MSC menambahkan pula bahwa Keuskupan Agung Merauke bukanlah miliknya. Tetapi Keuskupan Agung Merauke merupakan milik Tuhan Yesus yang memimpin dirinya di Keuskupan ini sebagai alat-Nya dalam pelayanan gereja. Maka Dialah yang memberikan segalanya bagi kita semua yang membutuhkan.

Fredirikus Gebze ketua Dewan Paroki St. Fransiskus Xaverius dalam arahannya ketika memberikan sambutannya bahwa inilah ungkapan kebahagiaan yang terjadi saat ini. Sebab inilah momen yang paling penting bagi Keuskupan Agung Merauke dimana perjalanan 10 tahun Uskup Agung Merauke, Mgr, Nikolaus Adi Seputra, MSC merupakan seberkas cahaya yang lahir dan bercahaya menerangi mereka. Maka kita patut bersyukur dan memberikan semangat pelayanan yang kuat bagi gereja demi terciptanya Keuskupan kita untuk mengedepankan uskup-uskup yang akan hadir untuk memimpin gereja katolik di tanah Papua Selatan.

Lain halnya disampaikan oleh Pastor Sonny Walewawan, Pr selaku pastor paroki St. Fransiskus Xaverius Katedral mengajak umat semuanya untuk selalu mengenal Tuhan dalam perjalanan hidup. Artinya bahwa pastor Sonny memberikan teladan hidup bagi umatnya dengan memberikan contoh ketika ia mengikat dirinya pada Tuhan agar semakin dikuatkan sebagai imam Keuskupan Agung Merauke. Dan saya patut berterima kasih atas berkat Tuhan.****

Senin, 07 Juli 2014

“SURAT TERBUKA ROMO MAGNIS UNTUK PRABOWO”















 “SURAT TERBUKA ROMO MAGNIS UNTUK PRABOWO”
02/07/2014

Romo Franz Magnis-Suseno SJ
Jelang Pemilu Presiden pekan depan, surat-surat terbuka makin banyak dilayangkan. Setelah sebelumnya putri Amien Rais menulis surat yang isinya meragukan kemampuan Joko Widodo sebagai calon presiden, kali ini giliran Romo Franz Magnis-Suseno SJ mengirimkan surat terbuka untuk Prabowo Subiyanto.

Surat ini berjudul “Masa Depan Bangsa dalam Taruhan” itu Romo Magnis memulai surat dengan permintaaan maaf karena surat ini tidak biasa. “Kalau tidak berkenan, dibuang saja,” tulisnya.

Setelah itu Romo Magnis juga menjelaskan maksud utama mengirim surat ini. “Saya tulis surat ini karena saya memang prihatin dan khawatir dan merasa wajib di hati untuk menyampaikan kekhawatiran saya. Yang dipertaruhkan adalah masa depan bangsa,” katanya.

Berikut adalah isi lengkap surat Romo Magnis.

Masa Depan Bangsa dalam Taruhan
Sepuluh tahun pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono telah meninggalkan seabrek kemacetan dan tantangan nasional yang mau tak mau harus dan akan ditangani oleh presiden baru. Itu berarti, pemerintah baru akan membawa perubahan-perubahan yang mendalam. Dan karena itu, siapa yang dipilih menjadi presiden untuk lima tahun mendatang akan amat menentukan bagi masa depan bangsa.
Sebagai warga negara biasa yang amat khawatir akan masa depan bangsa dan negara Indonesia, saya tentu tidak mungkin netral. Karena itu maka dalam tulisan ini saya mau menjelaskan mengapa saya tidak mungkin memberi suara saya kepada Bapak Prabowo Subiyanto.
Masalah saya bukan dalam program Prabowo. Saya tidak meragukan bahwa Pak Prabowo, sama seperti Pak Joko Widodo, mau menyelamatkan bangsa Indonesia. Saya tidak meragukan bahwa ia mau mendasarkan diri pada Pancasila. Saya tidak menuduh Beliau antipluralis. Saya tidak meragukan iktikat baik Prabowo sendiri.
Yang bikin saya khawatir adalah lingkungannya. Kok Prabowo sekarang sepertinya menjadi tumpuan pihak Islam garis keras. Seakan-akan apa yang sampai sekarang tidak berhasil mereka peroleh mereka harapkan bisa berhasil diperoleh andaikata saja Prabowo menjadi presiden?
Adalah Amien Rais yang membuat jelas yang dirasakan oleh garis keras itu: Ia secara eksplisit menempatkan kontes Prabowo – Jokowi dalam konteks perang Badar, yang tak lain adalah perang suci Nabi Muhammad melawan kafir dari Makkah yang menyerang ke Madinah mau menghancurkan umat Islam yang masih kecil! Itulah bukan slip of the tongue Amien Rais, memang itulah bagaimana mereka melihat pemilihan presiden mendatang.
Mereka melihat Prabowo sebagai panglima dalam perang melawan kafir. Entah Prabowo sendiri menghendakinya atau tidak. Ada masjid-masjid di mana dikhotbahkan bahwa coblos Jokowi adalah haram. Bukan hanya PKS dan PPP yang merangkul Prabowo, FPI saja merangkul. Mengapa?
Saya bertanya: Kalau Prabowo nanti menjadi presiden karena dukungan pihak-pihak garis keras itu: Bukankah akan tiba pay-back-time, bukankah akan tiba saatnya di mana ia harus bayar kembali hutang itu? Bukankah rangkulan itu berarti bahwa Prabowo sudah tersandera oleh kelompok-kelompok garis keras itu?
Lalu kalimat gawat dalam Manifesto Perjuangan Gerindra: “Negara dituntut untuk menjamin kemurnian ajaran agama yang diakui dari segala bentuk penistaan dan penyelewengan dari ajaran agama”. Kalimat itu jelas pertentangan dengan Pancasila karena membenarkan penindasan terhadap Achmadiyah, kaum Syiah, Taman Eden dan kelompok-kelompok kepercayaan.
Sesudah diprotes Dr. Andreas Yewangoe, Ketua PGI, Pak Hashim, adik Prabowo, seorang new born Christian, sowan pada Pak Yewangoe dan mengaku bahwa kalimat itu memang keliru, bahwa Prabowo 2009 sudah mengatakan harus diperbaiki dan sekarang sudah dihilangkan. Akan tetapi sampai tanggal 25 Juni lalu kalimat itu tetap ada di Manifesto itu di website resmi Gerindra.
Bukankah itu berarti bahwa Hashim tidak punya pengaruh nyata atas Gerindra maupun Prabowo?
Terus terang, saya merasa ngeri kalau negara kita dikuasai oleh orang yang begitu semangat dirangkul dan diharapkan oleh, serta berhutang budi kepada, kelompok-kelompok ekstremis yang sekarang saja sudah semakin menakutkan.
Lagi pula, sekarang para mantan yang mau membuka aib Prabowo dikritik. Tetapi yang perlu dikritik adalah bahwa kok baru saja sekarang orang bicara. Bukankah kita berhak mengetahui latar belakang para calon pemimpin kita?
Prabowo sendiri tak pernah menyangkal bahwa penculikan dan penyiksaan sembilan aktivis yang kemudian muncul kembali, yang menjadi alasan ia diberhentikan dari militer, memang tanggungjawabnya. Prabowo itu melakukannya atas inisiatifnya sendiri.
Saya bertanya: Apa kita betul-betul mau menyerahkan negara ini ke tangan orang yang kalau ia menganggapnya perlu, tak ragu melanggar hak asasi orang-orang yang dianggapnya berbahaya? Apa jaminan bahwa Prabowo akan taat undang-undang dasar dan undang-undang kalau dulu ia merasa tak terikat oleh ketaatan di militer?
Aneh juga, Gerindra menganggap bicara tentang hak-hak asasi manusia sebagai barang usang. Padahal sesudah reformasi hak-hak asasi manusia justru diakarkan ke dalam undang-undang dasar kita agar kita tidak kembali ke masa di mana orang dapat dibunuh begitu saja, ditangkap dan ditahan tanpa proses hukum.


Jakarta, 25 Juni 2014
Franz Magnis-Suseno SJ

Rabu, 21 Mei 2014

Frater Charles Matly, (Ret-ret)



Ujian terhadap Imanmu akan menghasilkan Ketekunan
Setelah mengikuti “retret”atau “latihan rohani”selama delapan hari ini,tidaklah mudah bagi aku pribadi untuk melakukan pergulatan dalam doa serta berjumpa dengan Tuhan,bagiku itu merupakan suatu mujizat bagi kita manusia.Oleh karena itu,aku sebagai manusia yang lemah dan memiliki banyak kerapuhan kembali mengucapkan rasa syukurku pada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat perlindungan,pertolongan,dan peyertaan terhadapku selama melakukan latihan rohani “retret”semuanya itu aku boleh mengikuti dengan dalam keadaan sehat walaufiat sampai selesainya latihan rohani “retret”ini.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa,latihan rohani /retret dimaksudkan agar kita yang terpanggil semakin mengenal Kristus lebih mendalam serta mampu menjalin relasi dengan Dia agar kita pribadi lebih mesra,mencintaiNya dengan lebih kuat dan mengikutiNya dengan lebih setia kepadaNya.Latihan rohani juga merupakan salah satu sarana yang dapat mengantar kita agar bisa berjumpa dengan Tuhan,serta mampu melihat kembali kehidupan kita sehari-hari serta peristiwa-peristiwa yang terjadi didalam kehidupan kita sehari-hari.
 Dalam mengikuti latihan rohani/retret selama delapan hari ini,dapat membuat diriku berubah dan bisa berkomunikasi dengan Tuhan serta dapat membawa diriku menyadari betapa indahnya dan dalamnya doa.Mengapa dikatakan demikian,sesuatu yang dialami oleh orang lain sangat berbeda pula dengan kepribadianku,selama menjalani latihan rohani ini dapat membuat diriku lebih mengenal siapakah Tuhan itu.Pergulatan untuk berjumpa dengan Tuhan tidaklah mudah seperti berjumpa dengan teman-teman tetapi,untuk berjumpa dengan Tuhan pertama-tama yang aku pribadi perbuat adalah,menenagkan pikiran,mengosongkan pikiran,serta fokus dan memiliki niat  dan tekad sehingga apa yang aku inginkan dalam doa bisa dapat tercapai pada puncaknya dan bisa berjumpa dengan Tuhan yang telah memanggilku.
Melalui latihan rohani pula,dapat menghantar diriku menyadari akan semua kelemahan dan dosa-dosaku yang sudah dan pernah aku lakukan.Didalam kesadaran itu Tuhan selalu berbicara dalam diriku sehingga aku pribadi bisa kembali bertobat dan kembali berjalan dijalan yang Ia tunjukan kepadaku.Dan juga melalui latihan rohani ini,dapat menghantar diriku untuk bersatu dengan Tuhan,menghayati kebaktian kepada Darah Mulia(Kristus sebagai pusat)dan juga memiliki rasa solidaritas”persaudaraan”pembelaan dan pengurbanan,serta Ekaristi sebagai pusat.Dalam penghayatan itu,aku juga dituntun untuk memiliki semangat cintakasih serta turut mengambil bagian dalam pengurbanan Yesus Kristus yang tersalib agar dari padaNya aku memperoleh keselamatan,kelepasan,penebusan,pembebasan,pengudusan diri sendiri dan sesama.

Dengan adanya latihan rohani ini,dapat menghantar pribadiku bisa berjumpa dengan Allah.Untuk berjumpa dengan Tuhan bagi aku pribadi tidaklah mudah oleh karena itu,perjumpaan dengan Tuhan membutuhkan ketenagan,memiliki pikiran dan yang kosong agar Tuhan itu bisa tinggal dalam kepribadianku.Dengan adanya perjumpaan dengan Allah,aku pribadi mendapatkan anugerah serta kekuatan batin” inner power” ,dengan adanya kekuatan batin aku semakin mampu dan yakin akan panggilan yang telah Tuhan berikan kepadaku.Aku pribadi juga menyadari bahwa,pada saat ini aku masih dalam tahap/calon imam selalu dan senantiasa siap sedia  serta berpegang teguh pada perjanjian Allah dan terpaut pada kharismaNya.
Dari semua latihan rohani yang dilaksanakan selama delapan hari yang telah kita lalui bersama,makna/buah-buah doa yang aku pribadi temukan dalam latihan -latihan rohani tersebut adalah :
•    Hari ke I
Pada hari pertama ini kita diajak bagaimana untuk melihat nilai-nilai kerohanian serta kualitas kita masing –masing dalam menjalani panggilan hidup ini.Dalam semuanya itu,kita diajak pula bagaimana kita sebagai seorang calon imam di jaman era globalisasi ini,kita dituntun untuk melihat realita yang terjadi pada zaman sekarang ini,kita perlu menyadari bahwa,kita sekarang hidup dalam dunia modern  oleh karena itu kita perlu dilatih terus menerus agar mampu menghadapi tantangan berat yang akan kita hadapi dalam hidup panggilan ini.
Disini kita diajak pula bagaimana kita memunculkan gaya hidup beriman pada jaman modern ini oleh karena itu,untuk menciptakan gaya hidup beriman dalam jaman ini kita perlu mohon rahmat dan bantuan dari Allah Bapa,dengan terciptanya gaya hidup itu umat semakin terpesona,terpaut,dan terlibat dalam inti jiwa hidup Allah yang telah melahirklan kongregasi.
•    Hari ke II
Makna yanag aku pribadi ambil dalam renungan pada hari ke dua ini adalah :
    Tuhan itu selalu dan senantiasa menemani kita dimana kita membutuhkan pertolongannya.
    Tuhan telah memanggil kita maka Ia selalu menyertai kita dalam setiap derap langkah hidup kita.
•    Hari ke III
Walaupun aku sebagai manusia yang lemah dan berdosa,aku sadar bahwa Tuhan itu selalu dan senantiasa cinta dan sayang padaku,walaupun terkadang aku sering jatuh dalam kesalahan namun Ia selalu menyertaiku.Terkadang dalam hidup kita sehari-hari Tuhan itu selalu menyertai kita dalam setiap derap langkah hidup kita masing-masing,Ia juga selalu membawa dan mempersatukan kita dengan BapaNya dan mengakat kembali kita dari dosa dan kuasa kegelapan.

•    Hari  ke IV
Dalam kehidupanku sehari-hari aku selalu dan senatiasa mengandalkan Tuhan sebagai kekuatanku dan juga aku selalu memasrahkan diri kepada Tuhan agar Ia selalu menyertaiku dan tetap tinggal besertaku dan juga,Tuhan itu itu selalu sayang pada setiap makhluk ciptaanNya. Ia juga selalu ada pada orang yang lemah dan miskin yang selalu mendapat penindasan dari kaum yang kuat.

•    Hari ke  V
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa,Yesus diutus oleh BapaNya untuk datang kedunia untuk meyelamatkan kita manusia dari kuasa kegelapan dan kejahatan dan juga mewartakan Kerajaan Allah sekaligus menawarkan diri sebagai jalan kebenaran dan hidup.Makna yang aku pribadi temukan dalam hari ke lima ini adalah,Yesus selalu hadir dalam pribadi kita masing –masing dan juga Ia memanggil kita untuk hidup bersama Dia untuk melayani domba-dombaNya,serta Ia mengajak kita agar hidup secitra dengan BapaNya sendiri.
Disini Yesus juga mengajak aku agar selalu memiliki iman yang kuat agar mampu bertahan dalam menjalani panggilan hidup ini dan juga,mampu mengendalikan diri dari segala cobaan dan godaan yang datang dari hal-hal duniawi,agar dari padanya aku bisa memiliki tekad yang kuat serta memiliki niat dan selalu mendengarkan suara hati bila itu yang terbaik bagiku.Aku menyadari pula bahwa,Tuhan itu selalu baik bagi semua orang namun,terkadang kita sebagai mahkluk ciptaanya selalu menyakiti hatiNya dengan berbuat dosa .

•    Hari ke VI
Ketika merenungkan “Kesengsaraan”dalam kesengsaraan itu, kita sebagai umat Kristiani diajak oleh Yesus Kristus agar berani mengambil resiko dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari seperti Yesus yang telah dengan rela memikul salib untuk menebus dosa-dosa kita.
Makna yang aku pribadi ambil dalam renungan ini adalah,Kita sebagai pengikut Kristus mampu dan bisa memikul salib kehidupan kita seperti Yesus sendiri yang sudah menjadi contah dan teladan bagi kita.Kita diajak pula,agar mampu untuk mencintai semua orang seperti Yesus cinta pada kita karena kita adalah ciptaan BapaNya,serta kita diajak pula untuk turut mengambil bagian dalam penderitaan Yesus.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa,Yesus saja dicobai oleh setan apalagi kita manusia yang lemah ini.Walaupun kita sebagai manusia lemah dan berdosa  yang selalu jatuh dalam pencobaan namun,Tuhan itu selalu cinta pada kita sebab kita adalah milikNya.

•    Hari ke VII
Dalam renungan ini seperti yang telah kita ketahui bahwa,manusia adalah citra Allah yang diharapkan senantiasa berkontak dengan Tuhan melalui kontak-kontak ini yang akan memampukan kita “manusia” agar bisa memahami Kerajaan Allah dan rencana  kehendakNya dibumi ini.
Kita diajak pula agar mampu kembali mendekatkan diri dengan dengan sang Illahi “Allah”agar kita semakin terpesona,terpaut,dan terlibat dalam hidup serta keprihatinan Allah atas bumi ini.Jadi dari semuanya itu makna yang aku pribadi ambil adalah:
    Roh Kudus selalu ada pada Yesus Kristus.
    Bapa selalu memberikan kekuatan pada Yesus dalam karyaNya di dunia ini.
    Yesus rela berkorban sampai wafat dikayu salib guna menebus dosa-dosa kita  namun,terkadang kita belum terlalu menyadari akan wafatnya Yesus disalib itu.
    Yesus datang untuk membawa kebenaran bagi orang yang berasal dari kebenaran serta yang mendengarkan suaraNya.
    Sebagai pengikut Yesus harus mampu berkorban dan rela   menderita demi orang lain seperi  Yesus sendiri  rela mengorbankan nyawaNya bagi kita umat manusia.

•    Hari ke VIII
Melalui renungan ini kita diajak kembali untuk melihat tujuan pembinaan dalam menjalani panggilan hidup ini.Melalui pembinaan ini kita diajak agar melihat kembali strategi-strategi perjalanan kita mulai dari SEMINARI,KPA sampai sekarang di TOR ini,dengan adanya pembinaan ini kita dituntun untuk memiliki kemampuan dalam mengintergrasikan hal-hal dalam proses pembinaan secara internalisasi dan inkorporasi.
Dengan adanya tujuan pembinaan ini kita diajak pula agar bisa hidup sesuai dengan ritme bina diri terus-menerus sebagai tanda kesetiaan kita pada Yesus Kristus dalam menjalani panggilan hidup kita sehari-hari.


GELAR WISUDA MAHASISWA-MAHASISWI Sekolah Tinggi Katolik Santo Yakobus Merauke


 


GELAR WISUDA MAHASISWA-MAHASISWI
Sekolah Tinggi Katolik Santo Yakobus Merauke

Sebanyak 46 mahasiswa-mahasiswi Sekolah Tinggi Katolik Santo Yakobus Merauke  telah menerima Wisuda Sastra 1 pada tanggal 21 Mei 2014 dengan menyandang gelar Sarjana Agama di Gedung Anggaisai Merauke dengan predikat yang sangat memuaskan.
   
Kehadiran jumlah mahasiswa-mahasiswi yang mengikuti perkuliahan di perguruan Tinggi Katolik Santo Yakobus Merauke ditekankan untuk selalu mengikuti perkembangan dalam kehidupan beragama dan berusaha untuk menjawab kerinduan umat manusia untuk menyatu dengan Tuhan.

Acara ini melibatkan semua unsur tamu undangan yang hadir dari kalangan Pemerintahan Daerah, TNI-POLRI, Yayasan Pendidikan dan Persekolah Katolik, Kepala Bidang Dirjen Bimas Katolik, para guru dan tamu undangan lainnya dan Uskup Agung Merauke.

Sekolah Tinggi Katolik Santo Yakobus Merauke sebagai perguruan tinggi yang dulunya pernah menjadi nama perguruan Tinggi Pastoral dengan ketua Mgr. Nikolaus Adi seputra MSC, kemudian menjadi Sekolah Tinggi Pendidikan dan akhirnya menjadi Sekolah Tinggi Santo Yakobus Merauke dengan program Sastra 1 mampu berkarya dan merasul demi perubahan-perubahan yang harus dilalui demi kesenjangan pendidikan agama katolik.

Seperti yang dilansir oleh Direkur Jendral Bimbingan Masyarakat Katolik Republik Indonesia, Drs. Esebius Binsasi dalam kata sambutan dihadapan para wisudawan-wisudawati serta tamu undangan, menjelaskan bahwa ada lima hal yang menjadi perhatian utama yang patut diketahui untuk menjawab kebutuhan manusia yang berhubungan dengan kerukunan beragama yakni,

1.    Kementrian agama berusaha dan bekerja keras meningkatkan kualitas kehidupan beragama
2.    Kementrian agama juga berusaha meningkatkan kualitas kerukunan umat beragama dan kerukunan umat interen beragama. Dan bagaimana kerukunan antar manusia dan keharmonisan alam sekitarnya dapat teratasi sesuai dengan diprogramkannya Dirjen Bimas Katolik.
3.    Peningkatan kualitas pendidikan agama dan keagamaan
4.    Peningkatan kualitas penyelenggara ibadah Haji.
5.    Tata kelolah pemerintahan yang berwibawa dan bersih

Selain itu Drs, Esebius Binsasi memberikan arahan yang positip bagi Wisudawan-wisudawati dalam sepatah kata bahwa kehadiran saudara-saudari sebagai sarjana agama bisa menunjukan dan memberikan hal-hal yang postip dalam kehidupan bermasyarakat nantinya dan dapat dikembangkan demi kemajuan umat dan perhatian yang luas kepada gereja dan tanah air sebagai ahli agama dan menjadi garam dan terang.

Hal serupa lainnya pun ditegaskan oleh Ir, Tobing.M Eng perwakilan dari Pemerintah Daerah dalam kata sambutannya mengharapkan supaya pengalaman wisudawan-wisudawati di sekolah tinggi katolik selama proses belajar agar dapat merubah kematangan intelektual bahwasanya pendidikan perguruan tinggi mengharapkan supaya sebelum seseorang terjun ke dunia masyarakat dengan predikat sebagai pendidik ia harus bisa lebih memahaminya sebagai seorang guru.



By Kaka Wock........

PAGUYUBAN SANJAYA MERAUKE MENGGELAR HAUL 100 TAHUN ROMO, RICHARDUS KARDIS SANDJAJA, PR.




PAGUYUBAN SANJAYA MERAUKE MENGGELAR HAUL 100 TAHUN
ROMO, RICHARDUS KARDIS SANDJAJA, PR.


Tanggal 20 Mei 2014 bertempat di rumah kediaman bapak Robertus Kusdaryanto di jalan Garuda Spadem digelar misa syukur memperingati hari kelahiran Romo Richardus Kardis Sandjaja, Pr. yang ke 100 yang namanya dipakai sebagai pelindung Paguyuban Sanjaya yang ada di pulau Jawa maupun di Merauke. Dan misa syukur kelahiran Romo Richardus ini dipimpin langsung oleh Mgr, Nikolaus Adi Seputra, MSC bersama ketiga imam pendampingi, Pastor Supomo, Pr, Pastor Yakobus Priana, Pr, Pastor Sukiswadi, MSC.

Secara tidak terduga dengan adanya peringatan hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada tanggal 20 Mei 2014 ini mempunyai arti yang sangat penting bagi hari kelahiran Romo Richardus Kardis Sandjaja, Pr yang diselenggarakan oleh Paguyuban Sanjaya Merauke. Dalam arti bahwa kesatuan untuk menjadi Paguyuban harus mempunyai semangat juang dari keluarga Sanjaya itu sendiri serta contoh pemberani yang diteladani oleh Romo Richardus.

Dalam sepatah kata yang disampaikan oleh Mgr, Nikolaus Adi Seputra, MSC dalam khotbahnya, beliau menekankan bahwa menjadikan semangat paguyuban ini, diharapkan agar terus menerus memberikan dorongan dan motivasi serta semangat yang menyala-nyala seperti halnya dengan Romo Richardus Kardis Sandjaja, Pr dalam sebuah pengorbanan dirinya ketika dithabis menjadi imam dan bukan semata-mata untuk dipilih, tetapi sebagai orang yang yang dipilih dan memberanikan diri dalam segala hal.

Tahun 1983 Paguyuban Sanjaya Merauke hadir dan mencapai usia 31 tahun dan usia ini terbilang cukup  dewasa dalam menjadikan generasi penerus Paguyuban Sanjaya Merauke yang bergenerasi ke dua dan berikutnya. Sehingga nama Paguyuban Sanjaya ini diambil dari nama Romo Richardus Kardis Sandjaja, Pr.

Selain itu, Pak Yohanes Budiman sebagai pengurus Paguyuban Sanjaya mengatakan bahwa sebagai umat Paguyuban Sanjaya Merauke yang mengatas namakan diri mereka orang Jawa Katolik wajib saling bahu membahu dalam pemersatu diantara orang jawa. Sehingga Paguyuban ini tidak hanya dikenal sebagai Paguyuban biasa, tapi mempunyai makna yang tersendiri dimana mereka berpijak sebagai orang jawa yang merantau ataupun berdomisili dimana saja mereka berada. Artinya bahwa mereka setia menjujung tinggi nilai-nilai luhur dan sikap yang tertanaman serta berkomitmen untuk menjadikan generasi penerus Paguyuban Sanjaya ini semakin mengakrabkan diri satu sama lain.


By Kaka Wockerz”
.



SMP YPPK ST. KIZITO KIMAAM RAYAKAN HARDIKNAS YANG KE 106

PENDATAAN RUMAH SEHAT DAN PENYULUHAN “PHBS” DI KAMPUNG TERI (Dekenat Kimaam)



Kamis, 20 Maret 2014

“Dilema Wajah Sang Pemimpin” ***Rakyat Mengais Nasib Dan Harapan Hidup**

 “Dilema Wajah Sang Pemimpin”
***Rakyat Mengais Nasib Dan Harapan Hidup***
Oleh :
Fredy Hendro Soebiakto



RINGKASAN CATATAN AWAL
Berbicara mengenai DILEMA WAJAH SANG PEMIMPIN CALEG dimana-mana, apa yang ada dalam benak pikiran kita saat ini. Pastilah kita memiih mereka yang belum dikenal maupun dikenal. Ataukah kita diajak untuk saling berpolitik praktis menggunakan uang? Ataukah janji-janji?. Pemimpin kadang lihai sekali untuk menjual mimpi-mimpi kepada rakyat. Namun janji-janjinya belum memuaskan. Dan itu sama halnya dengan kebodohan yang diambil sendiri. Disatu sisi terkadang uang juga digunakan sebagai sarana politik praktis bagi rakyat seperti yang di sebutkan di atas. Dan rakyat tidak sadari bahwa setelah mendapatkan uang itu sekejap saja habis dan suara rakyat pun bisa dibeli oleh para pemimpin-pemimpin bangsa ini.
Ingat nasib rakyatmu ada di tanganmu untuk rakyat kecilmu. Jangan jadikan pilihan Legislatifmu dengan bersifat “MODUS” (Modal Dusta). Kita boleh berpendapat sesuai tafsiran akal pikiran bahwa orang menyebut politik itu hal yang kotor, politik itu asik menambah pengetahuan, atau politik dijadikan sebagai games seperti permainan dan kalau lolos berarti menuju kemenangan alias final total. Dari semua pandangan politik tersebut kita wajib berhati-hati untuk menghindar dari hal-hal yang dapat merugikan rakyat.
Kalau kita simak di berbagai media maupun surat kabar menyatakan bahwa pemilu segera akan dilakukan pada bulan 9 April tahun 2014. Mereka-mereka ini dipersiapkan untuk menjadi tenaga kepemimpinan yang nantinya akan diutus untuk melayani masyarakat kecil dalam hal taraf hidup dan pembangunan daerah. Tetapi dalam kurun waktu yang lama, masyarakat berharap supaya ada pemimpin yang betul-betul berani dan terampil untuk menjadi wakil rakyat yang jujur dan dinamis. Namun dikalangan masyarakat lain ada juga yang bosan mendengar dimana-mana tentang kepemimpinan yang itu-itu saja dari tahun ketahun dan tidak menuai hasil.
Sengaja refleksi ini saya buat karena terbayang-bayangan ketika sedang duduk berdiskusi dengan teman-teman. Kami duduk berbicara mengenai sisi kepemimpinan yang baik dan tegas khususnya bagi mereka yang mendaftarka diri menjadi Calon Legislatif. Mengandaikan kalau wajah sang pemimpin ini berdampak negatif sewaktu-waktu, maka pastilah terjadi kekecewaan terhadap mereka dan tentunya akan berdampak buruk bagi kualitas masyarakat yang kurang beruntung. Misalnya seperti Petani miskin, buruh pabrik, nelayan, pedagang kecil, pemulung, tukang ojek, kelompok sosial lainnya sehingga nyaris tak pernah berubah untuk mengubah nasib mereka dari hari kehari meski pemimpin berganti-ganti. Dan apa saja yang mereka perbuat untuk rakyat?.

BIROKRASI UNTUK RAKYAT
Secara publik negara kita adalah negara kesatuan Republik Indonesia yang menganut sistem demokrasi tentang konsep Pancasila. Negara kita sekarang lagi membutuhkan satu pemimpin yang adil untuk mensejahterahkan rakyat dan membangun tindakan perhatian bagi mereka yang kurang mampu. Seseorang yang mencalonkan dirinya haruslah berjiwa kerohanian dan mampu mementingkan masyarakat luar bukan mementingkan hak dan kewajiban sebagai seorang pribadi untuk dirinya atau keluarganya. Karena mereka dipilih menjadi wakil rakyat harus bisa berpikir, bertindak dan bekerja untuk masyarakat kepada rakyat. Jika seorang pemimpin keluar dari prinsip tersebut, pada dasarnya dia bukan seorang pemimpin. Namun hal ini sangat disayangkan bahwa kepemimpinan nasional pascareformasi sepertinya makin jauh dari prinsip-prinsip ini. Akibatnya rakyat pun ikut menjauh. Inilah bencana kepemimpinan nasional yang kerap terjadi. Maka dengan kata lain kepemimpinan ini perlu ditinjau secara publik agar memperoleh karakter-karakter yang dominan, bukan ditunggu-tunggu dan dijempol-jempolkan. Proses ini disebut sebagai pendampingan para calon pemimpin yang nantinya bisa bertumbuh melalui kader-kader generasi yang baru untuk membangun wadah rakyat kecil.
Keterlibatan dan penguasaan terhadap seorang pemimpin dari tahun ketahun telah banyak menjebak bangsa ini menjadi alat permainannya, dengan kata lain bahwa bangsa ini terlalu cepat percaya. Namun seorang pemimpin yang baik akan mengubah nasib rakyat menjadi baik dan jikalau pemimpin yang buruk akan membuat rakyat semakin terpuruk. Sangat disayangkan meletakan nasib rakyat di pundak wajah sang pemimpin. Oleh sebab itu jangan membiarkan nasib bangsa ini berjalan secara alamiah oleh seorang pemimpin, justru sebaliknya harus diperhatikan secara bersama-sama.

BIDANG KELEMBAGAAN
Dalam struktrur budaya dan kekuasaan yang berkesinambungan, hubungan antara pemimpin negara dan rakyat tidak dapat disejajarkan pada aturan birokrasi rasional dan modern. Akan tetapi lebih mendekatkan hubungan kebersamaan diantara orang-orang yang terlibat sebagai keluarga , kepala negara dan pemerintah. Sehingga kepala pemerintahan dan negara merupakan wadah figur sentral sebagai bapak dalam keluarga. Mengandaikan kalau watak kebaikan pemimpin sebagai bapak, maka rakyat harus dibenahi sedemikian rupa bahwa kepemimpinan pemerintah harus lebih mengutamakan melayani dan memenuhi kebutuhan publik karena kebaikan pemimpin itu sendiri. Maka diwajibkan untuk saling bekerjasama yang baik dan adil.
Kepemimpinan seperti ini hanya bisa dilakukan melalui proses pelembagaan sedemikian rupa, baik sebelum maupun setelah menjadi pemimpin. Harus ada aturan perundangan yang memastikan pemimpin bekerja untuk rakyat, bukan untuk lainnya. Aturan perundangan itu juga mengatur mekanisme pengawasan sedemikian rupa sehingga pemimpin tak mudah tergoda menyelewengkan kewenangannya. Kepemimpinan yang baik membuat pemimpin menjadi baik, bukan sebaliknya.

MENJADI PEMIMPIN YANG BAIK
Seorang pemimpin yang baik tentunya tidak diperbolehkan mengadakan rekayasa sosial terhadap rakyat, tetapi calon pemimpin yang baik harus bisa lebih tegar menghadapi kenyatan dalam hidup bernegara, istilah anak muda ”baik hati dan tidak sombong”. Sehingga pemimpin itu dikatakan tidak layu sebelum berkembang. Jadi ketika tiba saatnya menjadi pemimpin dia tahu apa yang akan dilakukannya sebagaimana melakukan yang terbaik bagi rakyat.
Mereka dipilih karena rakyat mendukung untuk membangun daerah tanpa harus berulah janji-janji. Sebelum pemimpin itu harus melangkah kedepannya, terlebih dahulu ia harus mengetahui struktur instansi jabatannya. Rakyat sangat membutuhkan seorang pemimpin yang berani tampil mengambil sumpah jabatan untuk melayani pembangunan masyarakat yang belum pernah dijamah oleh pemerintah setempat serta memerlukan bantuan demi kelangsungan biaya hidup mereka sebagai warga daerah yang kurang mampu. Disatu sisi lainnya pembangunan infrakstruktur daerah merupakan hak dan tanggung jawab yang penuh dalam menuntaskan program pemerintah.
Pemimpin yang berani bertanggung jawab bukan hanya sekedar melakukan tugas-tugasnya sebagai wakil rakyat untuk disanjung-sanjung di depan mata rakyat, tetapi seorang pemimpin yang baik dipandang dalam hidupnya rela berbuat kebaikan serta memenuhi kebutuhan publik masyarakat, bukan karena dia baik hati, akan tetapi karena kepemimpinan yang dijalankannya memang secara garis besar mengharuskannya berbuat begitu.

POLEMIK KEPEMIMPINAN YANG BERKEPANJANGAN
Sudah tak asing lagi kalau para pemimpin dikata menjadi bahan perbincangan di depan publik bagi rakyat. Sebab rakyat itu sudah menjadi bagian dalam nilai-nilai kultural negara yang akan menyorot setiap pemimpin. Banyak kepemimpinan kita ini sering beradu kelompok demi mendapatkan tempat yang layak untuk diduduki sampai mereka berhasil. Akibatnya polemik-polemik ini muncul dilapisan masyarakat sehingga bermunculan diskusi hebat soal kepemimpinan karena alasan-alasan tertentu. Alasan terjadinya polemik bagi para pemimpin mungkin karena dinilai kurang paham tentang fungsi tugas dan tanggung jawab sebagai wakil rakyat untuk mengembangkankan visi misinya. Ataupun tidak tegas mengambil langkah keputusan yang akurat serta ditambah lagi tingkatan masalah kriminalitas bagi para pemimpin yang koruptor. Entah negara kita ini mau dibawa kemana jika seorang pemimpinnya seperti itu. Sebagai akibatnya pemimpin diharuskan tunduk kepada partai ketimbang rakyat. Padahal mandat mereka itulah dari rakyat bukan dari partai. Dan Ini membuat seleksi kepemimpinan tak bisa diakses calon pemimpin yang lebih menjanjikan.
Menjadi seorang pemimpin wakil rakyat bukan semata-mata mengejar jabatan yang bagus serta mendapatkankan gaji besar. Tetapi pilihan pemimpin sebagai wakil rakyat harus betul-betul mengarah kepada rakyat kecil. Karena setiap rakyat akan memilih mereka entah dikenalnya ataupun tidak dikenalnya.
Semua orang pasti bisa menjadi seorang pemimpin. Namun tidak semudah yang kita duga bahwa tidak semua orang mampu menjadi pemimpin yang adil. Sebab, pemimpin yang adil merupakan pemimpin yang didambakan oleh rakyatnya sendiri. Kita semua adalah seorang pemimpin, setidak-tidaknya pemimpin bagi diri kita sendiri. Kalau kita tidak bisa memimpin diri kita otomatis kita tidak bisa memimpin orang lain. Karena itu kita akan mempertangung jawabkan kepemimpinan kita ini kelak waktu.
Pemimpin yang dipercaya diharapkan mampu memenuhi keinginan rakyat kecil sebagai bentuk keadilan dan menuai harapan dari rakyat untuk menuntaskan masalah sosial. Dalam injil Kitab Suci, kita bisa membaca pesan Yesus “TEMPAT YANG PALING UTAMA DAN PALING RENDAH” (Luk 14:10-11), Tetapi apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang lebih rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat silahkan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain. Sebab barang siapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barang siapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”
Maka sebagai seorang calon pemimpin jangan terlalu banyak meninggikan diri seakan-akan mampu untuk dapat mengatasi problema rakyat padahal belum ada kepastian yang jelas sama sekali. Sebaliknya kalau pemimpin yang tampangnya sederhana, tidak berbasa-basi soal janji-janji dan dapat memenuhi kriteria kebutuhan rakyat. Maka dialah yang akan menerima pilihan sebagai wakil rakyat.



Penulis By Fredy Hendro Soebiakto
Staf Redaksi Majalah Keuskupan Agung Merauke-Papua Selatan.
Berita dapat dikirim melalui alamat enail kakawock@gmail.com


Kamis, 06 Februari 2014

BIOGRAFI Fr Stefanus Kobesi, Alm.




BIOGRAFI
Fr Stefanus Kobesi, Alm.
Lentera Telah Redup
Sudah jauh ia terbang
Sambil membawa lentera yang terang benderang
Sejenak  langkahnya terhenti menyaksikan liukan cendrawasih
Sempat menimba petuah
Namun, ia redup bersama akhir matahari

Noemuti, tempat dimana ia dilahirkan. Kampung yang “subur panggilan” di pelosok pulau Timor, Kabupaten Timor Tengah Utara. Dua puluh satu tahun lebih satu bulan yang lalu, tepat 28 Desember 1992, seorang bayi laki-laki, berhidung mancung, berambut keriting, kulit bening bersih, lahir dalam kebahagiaan dua pasangan Bapak Agustinus Kobesi dan Ibu Rita Kosat. Rasanya kebahagiaan itu menjadi sempurna setelah gaung kelahiran Putera Allah pada perayaan Natal dikumandangkan.
Entah apa gerangan yang menggerakkan pasangan itu, sehingga bayi mungil ini kemudian diberi nama, Stefanus Kobesi. Nama Stefanus yang disandang, terinspirasi dari nama seorang martir pertama dalam sejarah kekristenan, sementara Kobesi, merupakan identitas menurut garis keturunan ayah. Dua makna besar tersemat dalam identitas dirinya; identitas seorang tokoh terkenal dalam Gereja Katolik dan identitas garis keturunan. Efen, sapaan akrabnya merupakan putera kedua setelah Sirilus Antoin Kobesi. Kebahagiaan keluarga semakin lengkap dengan kelahiran anak perempuan bungsu yang diberi nama Frederika Roswita Kobesi.
Jejak Juang
Penanaman budaya hidup religius mendapat porsi yang cukup istimewa. Tentunya disertai suatu harapan bahwa nilai hidup tersebut menjadi kompas untuk menemukan kesejatian hidup di dalam Tuhan. Oleh sebab itu, lembaga pendidikan katolik menjadi pilihan untuk memulai menapaki perjuangan hidup. Ketika menginjak usia 4 tahun 6 bulan, orang tuanya dengan penuh harap memasukkannya ke TK Sta. Maria Immaculata Niki-Niki, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Setelah dinyatakan berhasil, pada 1997 anak yang dikenal pering ini diterima di SD Yaswari Niki-Niki, suatu lembaga pendidikan katolik yang dikelola oleh Keuskupan Agung Kupang. Pendidikan berlanjut di SMP St. Aloysius  Niki-Niki dari tahun 2004 hingga 2006.
Setelah sekian lamanya, ia mengenyam pendidikan dasar di TTS, terbersitlah niat untuk melanjutkan pendidikan di tempat yang baru. Stefanus secara mengejutkan memutuskan untuk melanjutkan pendidikan sebagai seorang calon imam. Anak yang akrab disapa steko di antara teman seasramanya ini memilih sekolah pembinaan calon imam di Kota Karang, Kota Kupang Seminari Menengah St. Rafael Oepoi, mengikuti jejak kakak Sirilus Kobesi yang lebih setahun ada di sana. Selama dalam proses pembinaan, ia telah dihadapkan dengan suatu pengalaman pahit. Sosok ayahnya yang penuh perhatian dipanggil oleh Sang Khalik. Momen tesebut disatu pihak bisa memudarkan semangat, tetapi dipihak lain memacu dirinya untuk memberikan yang terbaik kepada anggota keluarga, walau masih dalam proses perjuangan yang panjang. Akhirnya, atas dasar keputusan dan refleksi pribadinya, ia memilih Projo Keuskupan Agung Merauke tempat orientasi perjalanan panggilannya menjadi seorang imam. Pada paruh kedua 2010, bersama sembilan teman lainnya, mereka mengikuti pembinaan di TOR Lo’o Damian, Atambua.
Berkisah di Bumi Cenderawasih
Sebelumnya, tempat Fr Steko meniti ilmu masih bisa ditempuh dengan jalan darat. Tetapi konsekuensi atas niat sucinya untuk menjadi imam, ia berani mengepak sayap ke bumi cenderawasih, Papua. Proses pembentukan untuk menjadi pribadi yang taat dihadapinya dengan senyum. Keputusan Uskup Agung Merauke, Nicholaus Adi Seputra MSC agar para calon imamnya ditempa di Papua, diterima dengan penuh semangat. Lembaga pembinaan calon imam Seminari Tinggi Interdiosesan ‘Yerusalem Baru’ dan lembaga pendidikan akademik STFT ‘Fajar Timur’ Abepura, Jayapura, merupakan tempat baginya bersama kesembilan teman lain untuk dipersiapkan menjadi pelayan umat Allah di tanah Papua.
Suatu langkah penuh keberanian telah diambil oleh sepuluh pemuda, termasuk Stefanus, untuk meninggalkan pulau Timor demi mengejar panggilan suci di bumi Cenderawasih, Papua. Kenangan 15 Juli 2011 menjadi bahan cerita yang penuh makna, karena pada waktu itu Fr Steko bersama teman-teman seangkatan untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di tanah Papua setelah melewati 14 hari lamanya di dalam perjalanan. Liukan sayap cenderawasih yang mempesona membuat sosok Fr Steko selalu tersenyum ketika berhadapan dengan setiap orang yang dijumpainya. Aroma wangi cendana di tanah Timor menjadikannya sebagai pribadi yang mudah bergaul, tanpa membeda-bedakan.
Rasanya, pesona cenderawasih yang telah berpadu dengan aroma cendana memberikan semangat untuk selalu setia menjawabi panggilan Tuhan. Semuanya tampak dalam kesaksian hidup bersama di Kampus dan Asrama. Santai tapi pasti, tenang, periang, idealis, sederhana, dan canda berbau logika, itulah yang selalu menghiasi hidup pergaulannya. Sikap ramah sambil bersenyum manis, tidak dendam, tidak mudah terbakar emosi, itulah yang membuat dirinya disenangi di dalam pergaulan.
Lentera Meredup
Pada Minggu, 26 Januari 2014, mahasiswa semester enam di STFT Fajar Timur ini bersama kedua rekannya memutuskan untuk mengikuti rekreasi bersama umat Kombas St. Ignasius, Paroki Sang Penebus Sentani di pantai Amay Jayapura. Ingin sekali rasanya menghilangkan segala kepenatan dalam dirinya dengan bersenang-senang. Tetapi ternyata semuanya terasa sangat terbalik. Ia hadir dengan tingkah yang unik, tidak seperti biasanya. Mungkin saja itu adalah tanda-tanda terakhir penuh pesan yang tak mampu ditanggapi oleh peserta rekreasi, bahkan kedua rekannya sendiri.
Keceriaan yang ditampakkan tak disangka-sangka akan menjadi momen terakhir. Secara mengejutkan, ia menghilang dari kebersamaan di pantai dan tak seorang pun yang tahu arah jejaknya. Tak ada kata yang sempat terucap. Ia pergi tanpa pesan. Di kala matahari mulai menuju peraduannya, ternyata lentera hidupnya pun ikut meredup bersama sang waktu. Momen makan siang di pantai Amay saat itu menjadi momen terakhir baginya. Kepakan sayapnya terhenti dan tak tahu entah dimana jatuhnya.
Situasi penuh ketakutan segera tampak, ketika peserta rekreasi tidak menemukan lagi sosok Steko. Berbagai macam usaha mulai dilakukan, tetapi semuanya nihil. Segenap umat kombas bersama dengan BASARNAS yang turut dilibatkan dalam pencarian terhadap keberadaan Steko tidak membuahkan hasil. Di tengah cekamnya suasana itu selalu ada harapan semoga ia ditemukan kembali dalam keadaan yang utuh. Ternyata dugaan itu salah.
Pada Senin 27 Januari 2014 usaha untuk mendapatkan sosok Steko terus diperjuangkan. Tepat pukul 09.30 WIT, tim SAR menemukannya dalam keadaan tak bernyawa lagi, dengan posisi terapung di air laut yang tidak jauh dari bibir pantai. Isak tangis menjadi tak tertahankan menyaksikan kisah tragis itu. Lenteranya terpadamkan secara mengerikan. Lembaran hidup ditutup tanpa bisa diduga oleh manusia.

Penulis Naskah            : Fr Gendry Nuga & Fr Hardy Baslone
Pengedit Naskah         : Thino Lonis



NYANYIAN JIWA YANG KELABU
Sobat...
Di pelataran Bumi Cendrawasih ini kita telah banyak berkisah tentang hidup dan cita kita bersama. Engkau dan kami adalah kita yang satu dalam kasih, satu dalam cita, dan satu dalam harapan untuk mengejar sebuah mimpi terindah. Kami bahagia, kami bangga, dan kami suka berada bersamamu serta ingin untuk lebih lama lagi merajut kisah-kisah itu.
Namun...
Hari ini jiwa kami berkabut kelabu karena kisah-kisah itu telah menjadi kenangan di antara duniamu dan duniaku. Senyum, tawa, ocehan, canda logika, dan lantunan lagu-lagu ‘galau’ yang diiringi petikan gitarmu terus terngiang merdu dalam benak kami semua yang mencintaimu. Kami sangat menginginkan untuk menghadirkan kembali bayang-bayang itu dalam sebuah rona bermata pelangi yang senantiasa saling bertatapan untuk saling berbagi.
Tapi entalah...
Tuhan telah menghendaki semuanya untuk menjadi legenda di antara kita. Kami sedih, kami menangis, kami menyesal, kami kecewa, kami sakit. Jiwa dan raga ini terasa seakan tersayat sembilu berbaur duka yang mendalam kala hati ini sedang mengenang dan merindumu. Pedih dan perih memang ketika ‘mawar putih’ nan indah dan harum mewangi, yang selama ini terpantul dari kedalaman jiwamu telah berubah menjadi ‘mawar hitam’ berlumur darah. Keindahan dan keharumanmu sirnah begitu saja ditelan oleh sejuta misteri kematian yang sampai saat ini masih membersitkan tanya. Sepenggal kalimat yang pernah kau tulis: “kami datang dengan begitu banyak harapan, ada yang telah melepaskan harapan itu, namun ada juga yang tetap setia mengejar dan ingin mencapai harapan itu.
SELAMAT JALAN STEKO, DOA KAMI MENYERTAIMU MENUJU RUMAH BAPA. REST IN PEACE
                                                                       
Penulis Naskah            : Fr Gendry Nuga & Fr Hardy Baslone
Pengedit                      : Thino Lonis